Konsep Rezeki

 Suasana riuh sedang menyelimuti gedung utama di kampus U. Terdapat seorang perempuan yang sedang menyampaikan pidato kelulusannya di depan puluhan ribu mahasiswa di kampus tersebut. Perempuan bernama Qomariyah itu nampak anggun dengan memakai toga dan riasan sedikit tebal dari biasanya.

"Saya berterima kasih banyak kepada Pak Fahmi, salah satu dosen pendidikan bahasa inggris. Mungkin awalnya saya amat sangat tidak suka dengan beliau, dengan sifat tegas dan peraturan yang bagi saya sangat memberatkan. Tetapi akhirnya saya mendapatkan banyak pelajaran dari beliau, dan juga karena beliaulah saya masih dapat berdiri di hadapan kalian semua untuk menyampaikan pidato kelulusan sebagai salah satu mahasiswi terbaik di prodi pendidikan bahasa inggris," ucap Qomariyah dengan penuh haru.

"Semenjak Ayah saya tiada, harapan hidup seakan menjauh dari diri saya. Pak Fahmi adalah salah satu orang yang memaksa, dan akhirnya membuat saya terbiasa. Memaksa saya untuk kuliah lebih rajin lagi, untuk tidak menyia-nyiakan waktu dan  bermalas-malasan. Beliau juga mengembleng  saya untuk tidak meremehkan tugas dan pekerjaan seperti apapun," lanjut Ria dalam pidatonya.

"Dan yang terakhir saya berterima kasih kepada Erlin, sahabat saya yang telah menemani saya dalam suka maupun duka, memberikan saya alasan untuk tetap hidup. Seseorang yang sudah saya anggap seperti saudara saya sendiri," ucap Ria yang tanpa disadari telah meneteskan air mata.

Setelah menyelesaikan pidato kelulusannya, Ria turun dari atas panggung dan menghampiri  sang adik tercinta yang menggantikan Ayahnya sebagai pendamping wisuda. Saat mereka semua berfoto dan bersuka cita, tiba-tiba terdapat seorang yang tak asing lagi, yaitu Pak Fahmi mendekati Ria dengan membawa buket dan cincin di tangannya.

"Ria, aku tahu kamu gadis bodoh, tapi entah kenapa aku menyukai gadis bodoh ini. Aku ingin selalu mencerdaskannya agar tidak ingin mengakhiri hidup lagi. Aku ingin terus membahagiakan, dan menjaga dia dan adiknya. Aku ingin menjadi sosok pengganti Ayahnya," ucap Fahmi sambil berjongkok menatap Ria.

Ria yang melihat apa yang dilakukan  Fahmi masih saja membeku dan belum mengatakan sepatah katapun. Otaknya masih loading dalam berpikir belum menyadari jika Pak Fahmi ingin melamarnya.

"Ingin maksudnya apa ya Pak?" tanya Ria bingung.

"Qomariyah, maukah mau menjadi istriku?" tanya Fahmi sambil menyodorkan cincin kepada Ria.

Melihat orang-orang di sekeliling yang melihatnya, membuat mereka menjadi pusat perhatian di acara tersebut. Bagaimana tidak, momen langka seorang dosen melamar mahasiswinya di depan umum dan saat wisuda pula.

"Sa-saya..." jawab Ria terbata-bata.

Ria masih bingung apakah dia harus menerima cinta Pak Fahmi atau tidak, pasalnya dia baru saja lulus kuliah, sedangkan Pak Fahmi seorang dosen muda yang banyak dikagumi mahasiswi di kampusnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa rasa insecure itu muncul di hatinya.

"Sudah terima saja, masa seseorang yang telah menyelamatkan jiwa tidak menjadi belahan jiwa. Masa sudah menemani selama ini mau diberikan kepada orang lain?" ejek Erlin meyakinkan sahabatnya.

"Saya terima lamaran bapak, saya harap bapak secara sadar dan tidak akan menyesal melakukan hal ini," jawab Ria sambil tersipu malu.

Dengan keyakinan hati, akhirnya Ria menerima lamaran Pak Fahmi. Mereka semua berniat untuk pergi berziarah ke makam Ayah Ria sebagai rasa syukur karena telah menyelesaikan kuliahnya.Di tengah perjalanan mereka melihat ada penjual es tebu sehingga membuat mereka tertarik membelinya. Rasa manis dan segar dari es tebu cukup mengobati  lemah, letih, lesu yang mereka rasakan.

"Eh kak lihat itu ada pengemis," ucap Robi sambil menunjuk seorang ibu berpakaian lusuh duduk di bawah pohon yang tidak jauh dari mereka.

Dengan berjalannya waktu Robi semakin membaik, dia sudah terlihat lebih tenang dari sebelumnya,  namun masih terlihat  kurang berempati terhadap orang lain. Beberapa orang yang mengalami autis tidak memiliki kemampuan untuk mengenali dan memberi label kepada emosinya, mereka sering  mengalami kesulitan dalam merespons isyarat sosial. Orang  yang mengalami penyakit autis kesulitan menunjukkan simpati kepada orang lain dan lebih dapat mengungkapkannya terhadap beda daripada manusia.

"Oh iya, apa kamu mau memberi ibu itu es tebu juga? ibu itu pasti haus. Mungkin dari tadi belum minum juga," jawab Ria berusaha mengajarkan adiknya untuk berempati terhadap orang lain.

"Kenapa kita harus memberinya rezeki ? ibu itu kan tidak bekerja padahal masih sehat dan hanya bermalas-malasan, bukannya rezeki datang saat kita mau berusaha dan bergerak?" tanya Robi yang belum paham akan maksud dari perkataan Ria.

"Dengar ya Sayang," ucap Fahmi mengelus kepala Robi.

"Walaupun kita tidak suka, tidak boleh menghina orang lain seperti itu.  Jodoh, rezeki, maut itu sudah diatur oleh sang pencipta sebelum kita terlahir di dunia. Dan di dalam rezeki kita, juga ada hak dan rezeki orang lain juga. Makanya kita dianjurkan untuk bersedekah, percuma jika menjadi orang berada tetapi masih membiarkan orang lain kekurangan," jelas  Fahmi melanjutkan ucapannya.

" Jadi kalau begitu ... kita tidak perlu bekerja? cukup meminta-minta dan berdiam diri maka rezeki akan datang sendiri?" tanya Robi yang masih saja belum paham dengan penjelasan  Fahmi.

"Bukan begitu Robi, ish. Bagaimana ya menjelaskannya," ucap Erlin ikut menimpali.

"Begini loh Robi ... bekerja itu diniatkan sebagai ibadah, di dalam hidup kita juga tetap harus bekerja keras dan cerdas dalam mencari rezeki, tetapi tentang hasilnya kita pasrahkan kepada sang pencipta," jelas Erlin melanjutkan ucapannya.

Mereka  menghampiri pengemis tersebut dengan membawa satu cup es tebu untuk diberikan kepadanya.

"Bu, ini es tebu untuk Ibu. Ibu namanya siapa?" tanya Ria memberikan es tersebut kemudian duduk di samping pengemis itu.

"Terima kasih, Nak. Nama saya Siti," jawab pengemis tersebut kemudian menyeruput es pemberian Ria.

"Ibu kenapa duduk di sini, memang tidak punya rumah ya?" tanya Robi dengan polosnya.

"Eh, maafkan adik saya ya Bu. Dia tidak bermaksud menghina Ibu," jelas Ria merasa bersalah.

"Saya tidak punya tempat tinggal, rumah saya dijual untuk bayar hutang dan saya tidak pernah mengenyam pendidikan, karena  tidak mempunyai  idjasah dan tidak mendapatkan pekerjaan, akhirnya saya mengemis seperti ini, jarang pekerjaan zaman sekarang yang menerima tanpa idjasah, yang punya idjasah saja masih banyak yang tidak diterima kerja apalagi yang tidak punya idjasah seperti saya. Lagipula pekerjaan sekarang yang banyak persyaratannya," jelas Ibu Siti  sehingga membuat Ria merasa iba.

"Heem, begini. Ibu mau tidak bekerja dengan saya? kebetulan saya hanya tinggal berdua. Saya juga kualahan jika harus mengurus rumah dan peternakan secara bersamaan. Apalagi ditambah tempat kursus  bahasa inggris yang baru saya dirikan beberapa bulan lalu. Nanti soal tempat tinggal, ibu bisa tinggal di rumah bersama saya dan adik. Jika ibu setuju, nanti kami akan kembali ke sini lagi. Karena setelah ini rencananya kami akan ziarah ke makam Ayah saya," tawar Ria kepada Ibu Siti.

"Iya Nak, ibu setuju. Terima kasih atas kebaikannya," ucap Bu Siti terharu sehingga memeluk Ria sebagai rasa syukurnya.

***

Mereka  segera menuju makam Yanto, almarhum ayah Ria. Dengan telaten mereka membersihkan makam, menaburkan bunga dan tak lupa memanjatkan doa.

"Yah, akhirnya Ria lulus. Sekarang Ria sudah menjadi anak baik, Ria sudah sering-sering ke peternakan seperti permintaan Ayah dulu. Ria juga mulai ikhlas atas kepergian Ayah dan sekarang Ria akan menjadi kakak yang baik untuk Robi," ucap Ria mengelus batu nisan yang bertuliskan nama Yanto tersebut.

"Om, Fahmi izin untuk menikahi Ria. Fahmi janji akan berusaha untuk selalu membahagiakannya," ucap Fahmi meminta izin di depan makam Ayah Ria.

Setelah berziarah dari makam, dengan menepati janjinya. Ria kembali ke tempat Bu Siti  dan membawanya pulang ke rumah. Mereka akhirnya menjadi seperti keluarga, Ria kembali merasakan kasih sayang seorang ibu darinya. Memang Jodoh, rezeki dan maut sudah ada takdirnya, tetapi jodoh dan rezeki juga tidak akan hadir begitu saja tanpa adanya niat dan usaha dibaliknya.


TAMAT.


Di kampus kalian ada kisah mahasiswi yang nikah dengan dosen juga tidak friends? kalau ada semangat ya kuliahnya siapa tahu lulus nanti jadi istri dosen muda huhahaa.

Jika ada typo kritik dan saran silahkan tulis di kolom komentar dengan adab yang baik ya friends!


Untuk membaca cerita lainnya dapat memantau akun sosial media tik tok dan instagram  @faezyasharletta









 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Surat Untuk Guru Kehidupan

Halalkan Atau Tinggalkan